16.30
sore turun dari Trans Jogja jurusan 1A di shelter Maguwo. Saat akan jalan
menuju rumah, aku melihat anak laki-laki lusuh dengan pakaian serba hitam,
duduk jongkok bersandar di tembok rumah. Aku ingat... dia “Ryn” anak didikku
yang aku lihat di perempatan blok O siang kemarin, kok dia bisa main sampek
sini sama teman perempuan pula yg berkostum sama seperti dia, pakaian serba
hitam dan make-up ala rocker.
Aku
hampiri mereka dan menyapa. “Hai, Ryn kamu anak SMP Mupy kan ?” masih inget
sama mba gak ?, tanyaku. “Heem, mba siapa ya, kok masih inget aku.” “Iyalah,
mba inget kan pernah mengajar di kelasmu dulu, masih inget gak”. “Wah, maaf ya
mba aku lupa, Mba kok disini ?”. "Kan mba tinggal di daerah Maguwo sini, harusnya
mba yg tanya ngapain kamu main sampek sini ?, Kamu masih sekolah di Mupy kan ?”.
Hehehe.. dia cuma senyum dan tertawa, iya mba aku main ksni, lagi nunggu temen
nih, gak mba aku udah gak di Mupy lagi.” “Lah kenapa ?, tanyaku heran.” “Aku
diusir dari rumah mba. Deeggg... kaget bukan kepalang, dalam batinku (kenapa
bisa diusir, sebegitu menyerahkah orangtuanya dalam mendidik Ryn, sebegitu
tidak berarti Ryn bagi mereka, knp hrs malah dibiarkan Ryn hidup dijalanan dgn
pilihannya sendiri, kenapa ???)” Aku hanya membalas senyum, tanpa bertanya
lebih lanjut knp ?”. Aku tatap matanya yang memerah, seperti tanpa harapan dan
tujuan begitu hampa, sesekali Ryn tertawa kecil dan menatapku, ntah apa yg ada
di benaknya.
Aku
beralih berbicara ke teman perempuannya, “Namamu siapa dek, mau kemana sih
kalian ?”. “Aku Sukma mba, lagi nungguin temen nih.” Ohhh, memangnya kamu
tinggal dimana ?”. “Aku deket kok mba, di daerah Stadion Maguwo sana”. “Heeemmm
walah, deket dong, trus kalian tinggal dimana apa sering pulang ?”. “Klo Ryn
gak pulang mba, dia tidur di baratnya Blok O”. “Nah klo kamu Sukma ?”. “Klo aku
kadang pulang, kadang gak mba, suka-sukanya aja”. Yaaa ampuuun, mendengarnya
miris sekali, apa yg mereka pikirkan sebenarnya sih, KEBEBASAN TANPA BATAS.
Pamit dan pergi meninggalkan mereka, dengan langkah kecil aku mengenang obrolan kami tadi, Tuhan... kenapa begitu, kenapa dia harus di jalanan tanpa tempat tinggal, disaat usianya masih produktif, masih butuh perhatihan dan bimbingan, masih buatuh kasih sayang, yang harusnya bersekolah, belajar dan bermain bersama anak seusianya. But the real.. Anak jalanan atau anak pung memang banyak ditemui di kota-kota besar termasuk juga tempat aku tinggal sekarang dan ini aku temui sendiri dari anak didikku. Kalau sudah begini siapa yg disalahkan ??, orangtua, lingkungan atau didikan ???
Pamit dan pergi meninggalkan mereka, dengan langkah kecil aku mengenang obrolan kami tadi, Tuhan... kenapa begitu, kenapa dia harus di jalanan tanpa tempat tinggal, disaat usianya masih produktif, masih butuh perhatihan dan bimbingan, masih buatuh kasih sayang, yang harusnya bersekolah, belajar dan bermain bersama anak seusianya. But the real.. Anak jalanan atau anak pung memang banyak ditemui di kota-kota besar termasuk juga tempat aku tinggal sekarang dan ini aku temui sendiri dari anak didikku. Kalau sudah begini siapa yg disalahkan ??, orangtua, lingkungan atau didikan ???
Hidup
itu memang pilihan yaa... pilihan baik atau buruk, bahagia atau tidak bahagia,
teratur atau bebas. Bebas memilih dengan konsekuen yg dipilih.. seperti halnya
mereka memilih untuk bebas tanpa batas, tanpa larangan orang tua dan siapa pun,
dan sekarang pilihan hidup yang mereka jalani tanpa batas dan semua tanpa
batas.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar