Kamis, 16 Januari 2014

Saya hanya ingin....

Pernahkan anda mengalami hal ini, ketika berada di luar memikirkan rumah, ketika sedang di rumah memikirkan hal yang diluar. Seperti halnya saya, ketika seharian beraktifitas diluar rumah, pasti akan gelisah, tidak nyaman jika pulang kerumah telat dan belum lagi harus di introgasi dari mana, ada kegiatan apa, kok baru pulang jam segini ?. Tapi jika seharian hanya dirumah pasti juga akan kepikiran ingin beraktifatas diluar dan akhirnya akan "bete" sendiri. Hah kenapa hidup saya jadi ribet begini...


Selama di perantauan saya tinggal di rumah Tante atau Budhe, selama hampir 5 tahun saya menetap disini. Tinggal bersama keluarga atau kerabat ada sisi positif dan negatif nya juga loh, karena tidak selamanya tinggal di tempat saudara itu menyenangkan, kadangkala ada perasaan tidak enak hati, tidak nyaman, melakukan ini takut salah, takut tidak sesuai, takut dimarahi bahkan ada perasaan jenuh. Hingga selalu bertanya dalam hati "sampai kapan saya tetap bertahan ?

Beberapa hari ini saya merasakan emosi yang tidak terkontrol, selalu marah-marah, bete pokoknya selalu berfikiran negatif dan jika tidak tertahan akan menangis selega-leganya. Tuhan saya mengadu... Apa sih bahagia itu, apa yang saya butuhkan dalam hidup ini ?

Seseorang pernah mengatakan bahwa kebahagiaannya itu apabila "Hati dan Pikirannya Nyaman", begitu sederhana tetapi mahal, bahagia ketika hati dan pikiran nyaman.  Saya juga ingin seperti itu.. Hati nyaman dengan apa yang dinikmati dan pikiran nyaman dengan apa yang dijalani. Dalam hidup manusia pasti mengharapkan kebahagiaan, kebahagiaan jiwa yang tidak pernah terbelenggu oleh keadaan, ruang dan waktu. Ingin bebas sebebas-bebasnya tanpa batas.


Malam ini saya menulis, saya hanya ingin kenyamanan, kebebasan bereksperesi dan saya hanya ingin bahagia. Itu saja...

Sabtu, 11 Januari 2014

Anak tetaplah anak-anak

Rabu dan Sabtu sore adalah hari rutinitas saya sebagai pengajar di SPA Segoro. Mengajari anak-anak usia dini dan sekolah dasar mengaji, pengetahuan agama dll. Kenyamanan tersendiri setiap melihat pola tingkah dan celotehan anak-anak didik saya tersebut. Dari mulai pertanyaan-pertanyaan yang membuat geli, tingkah mereka yang membuat saya tertawa lepas dan banyak lainnya.


Cerita sabtu sore ini juga tidak kalah membuat saya tersenyum. Helmi anak berusia 6 tahun dan Dino anak berusia 4 tahun, mereka bermain dengan mengimajinasikan salah satu tokoh super hero dunia yaitu Superman dan Batman. Mereka membuat jubah dari kertas coklat yang biasa digunakan sebagai sampul buku tulis atau sampul kado dan mengikatnya melingkar ke leher mereka, kemudian berlari-lari kecil layaknya super hero yang sedang terbang. Saya dan salah satu pengajar yang melihat tingkah mereka tertawa geli, dalam hati saya 'begitu naturalnya imajinasi mereka", apa yang mereka lihat itulah yang mereka tiru.


Ada cerita lain juga mengenai anak, tetapi bukan mengenai anak-anak didik saya.
Suatu siang seorang ibu sedang membersihkan kamar anak laki-lakinya, saat sedang berbenah sang ibu mendapati baju kotor yang jumlahnya super banyak (satu orang harusnya cukup dengan 3 helai baju 1 hari tapi ini tidak). ketika si anak baru pulang, sang ibu langsung mengomeli anaknya dan bilang "kok banyak sekali sih baju kotornya, 1 hari 15 helai baju kotor, kalau masih begitu juga kamu cuci baju sendiri ya". Dan si anak menjawab "Iya, lah gimana, kan keringetan". Padahal sebelumnya si ibu pernah bilang, kalau si anak dari kecil sudah dibiasakan untuk berganti pakaian jika sudah keringatan karena kalau tidak diganti takut masuk angin". Nah apa yang di ambil pelajaran dari cerita tersebut ?


Anak tetaplah anak-anak, mereka meniru dari apa yang dilihat, didengar dan dibiasakan. Orangtua terkadang selalu menyalahkan anak, kok sudah besar kamu masih begini sih, tidak berubah, kata "masih" loh. Tapi terkadang orangtua tidak menyadari anak-anak menjadi begitu karena buah dari apa yang sudah ditirukan dan dibiasakan oleh anak semasa kecil.

  

Rabu, 08 Januari 2014

Biarkan Anak Memilih

Anak harus patuh dan mengikuti apa yang orangtua katakan, menuruti kemauan orangtua, begitu kentalnya paradigma dulu yang harus ditaati oleh anak. Tidak sedikit juga paradigma tersebut masih ditemukan di lingkungan sekitar kita.

Orangtua ingin yang terbaik untuk anaknya tapi terkadang caranya kurang tepat, misalkan menyuruh anak untuk masuk kuliah ke Fakultas Ekonomi padahal dia ingin di Fakultas Hukum, memasukkan anak ke bimbingan belajar setelah pulang sekolah padahal intensitas anak untuk bersosialisai dengan teman dan keluarga terbatas dll. Yang dibutuhkan anak sebenarnya bukan hanya itu, melainkan perhatian orangtua dan menyalurkan apa yang mereka suka ke wadah yang tepat. Anak suka musik, biarkan dia memilih kursus musik atau sekolah musik. Anak suka berorganisasi biarkan mereka berinteraksi dengan teman sebaya dan orang-orang diluar. Open you're eyes... semua orangtua pasti ingin yang terbaik untuk anaknya, tapi bukan berarti kemauan orangtua juga kemauan anak kan ?


Orangtua saya, ibu dan ayah selalu membebaskan anak-anaknya menentukan jalan hidup, mau menjadi apa nanti, sekolah dimana, kerja dimana, ingin berkegiatan apa dsb, mereka sangat demokrastis. Beliau membebaskan bukan berarti tanpa arahan, ayah dan ibu selalu bilang "Lakukan dan jalani apa yang membuatmu nyaman, kamu senangi tapi tetap bertanggung jawab", modal itu yang selalu saya pegang".


Dua tahun yang lalu adik laki-laki saya yang kedua baru memasuki bangku SMK jurusan Multimedia. Awalnya ibu sudah menanyakan berkali-kali "apakah yakin ingin melanjutkan ke SMK bukan SMA, ini pilihanmu sendiri bukan ikut-kitan teman kan ?, dengan lantang adik saya menjawab "iya", "oke, harus konsekuen apa yang kamu pilih" kata ibu. Tetapi belum juga selesai 1 semester, tiba-tiba adik saya meminta untuk dipindahkan sekolah ke SMA dengan alasan, karena ada salah satu guru mereka yang killer, pelit nilai, mengajar tidak asik, teman-temannya tidak care dll. Dan ibu membalikkan pernyataan yang dulu pernah diucapkan, "konsekuan apa yang kamu pilih, tanggung jawab", karena ingat dengan janjinya dulu adik saya urung untuk pindah sekolah dan tetap melanjutkan sekolah di SMK tersebut dan sekarang sudah kelas 3, nilai-nilai yang dia peroleh juga diatas rata-rata selalu masuk 10 besar. Pelajaran berharga kala itu "Pilihanmu adalah tanggung jawabmu".


Anak juga layaknya orangtua ingin dibebaskan memilih apa yang mereka mau dan sukai. Ingat passion setiap anak berbeda, biarkan mereka memilih.....



Selamat Pagi

Selasa, 07 Januari 2014

Fase Hidup

Hidup itu metamorfosis, tumbuh berkembang dari mulai bayi hingga dewasa.  Hidup itu fase perkembangan, proses pematangan berpikir, sikap, dan emosi. Hidup itu proses perubahan menjadi pribadi yang baik atau buruk, membentuk manusia terbaik atau biasa saja. Hidup itu pilihan untuk sukses atau tidak, untuk banyak beramal atau sebaliknya. Apa arti hidup anda ?


Gambar diatas mendeskripsikan ini loh proses hidup manusia, dimulai lahir (bayi), balita-batita, anak-anak, remaja, dewasa (sarjana), dewasa (pekerja/bekerja), dewasa (orang tua) dan kemudian meninggal. Di fase mana anda sekarang ?
Saya sedang berada di fase dewasa (sarjana), sudah hampir 1,5 bulan saya menyandang gelar itu. Seorang sarjana bergelar S.Pd, basicly memiliki ilmu tentang pendidikan, tapi hal nyata yang sudah saya lakukan masih belum maksimal. Depalan hari sudah berlalu di tahun ini, terus mencoba menata hidup untuk semakin lebih baik.

Pagi ini saya disuguhkan seseorang sebuah tulisan dari Pak Jamil Azzaini, bertuliskan tentang Takut Melangkah, Melompat Saja jangan Berpikir. Tulisan ini mengisahkan bahwa masih banyaknya asumsi orang karena ketakutan untuk melangkah, dan saya mengalami itu...
Perasaan takut, tidak percaya diri sehingga selalu berasumsi negatif, apakah saya mampu untuk melakukan ini ? (selalu berpikir tanpa bertindak), terlalu banyaknya berpikir malah bingung mau melakukan apa dan bagaimana ?

Satu kalimat motivasi di tulisan beliau "Gunakan kesempatan yang ada, jangan terlalu banyak berpikir. Jika sudah terbesit dorongan halus intuisi kita, yang perlu anda lakukan adalah jangan takut melangkah, melompat saja dan jangan berpikir. Karena Tuhan bicara lewat intuisi Anda, bukan hanya dengan pikiran Anda".

Hidup tetaplah metamorfosis, fase perkembangan, proses perubahan dan pilihan.  Hidup hanya sekali, lakukanlah apa yang menurutmu mampu karena fase hidupmu akan terus berjalan hingga waktunya habis...


 

Selamat pagi, ayo saling menyemangati...



Senin, 06 Januari 2014

Mari Koreksi Diri

Sebelumnya Selamat Tahun Baru....

Hampir satu minggu setelah pergantian tahun 2013 dan sekarang memasuki tahun 2014. Tahun yang menurut ramalan merupakan tahun Kuda Emas yaitu tahun yang sangat baik dalam mengejar dan menata hidup (baik pekerjaan, karir dsb). Pertanyaan bagi diri sendiri dan anda "Apa saja yang sudah saya lakukan 6 hari terakhir ini ?, sudahkan melakukan hal yang bermanfaat ?, sudahkah harapan serta target satu persatu tercapai ?, sudahkah membahagiakan diri sendiri dan orang-orang sekitar ?" heeemm... Let's responsibility and introspection.

Pertanyaan hanyalah pertanyaan tanpa jawaban ketika yang dilakukan NOL besar. Mari koreksi diri, yang sudah saya lakukan 6 hari terakhir ini :
Hari pertama (1 Jan), menikmati liburan tahun baru dirumah (only at home).
Hari kedua (2 Jan), menjadi pengawas saat responsi Praktikum di Laborotorium kampus.
Hari ketiga (3 Jan), menghabiskan waktu seharian hanya untuk menenangkan diri bersama adik sepupu.
Hari keempat (4 Jan), menjalani rutinitas sebagai seorang pengajar di SPA Segoro.
Hari kelima (5 Jan), puncak kegalauan.
Hari keenam (6 Jan), pikiranku terbuka, semangatku ada dan aku memulai.  

Hari kelima, saya mengalami gejolak di awal tahun ini, yang biasa dibilang anak-anak zaman sekarang "Galau", kegalauan yang membatu semenjak wisuda dan menyandang gelar sarjana, pikirian semakin hari semakin kacau dan hanya menjadi pikiran tanpa adanya solusi. Kegalauan yang dialami saya simple "bingung memulai apa yang ingin dilakukan dan harus melakukan apa saja di sepanjang tahun ini", simple tapi mempengaruhi hidup dan masa depan.

Di hari puncak kegalauan ini, ada seseorang yang selalu memberikan support dan gertakan setiap kali saya mulai down dengan jalan hidup, he's my boyfriend. Gertakan dan saran yang dia berikan mempengaruhi saya untuk action di hari keenam dan saya pun melakukan apa yang harusnya saya lakukan, yang selama berminggu-minggu tertunda hanya karena bingung untuk memulai. 

Dan saya menyadari bahwa "Tanpa ada action pertama, tidak akan ada action-action lainnya".
"Kesadaran diri akan passion dan potensi harus dimulai dan diasah jika tidak akan tertinggal dan tumpul seiring waktu yang terus berganti".


Mari koreksi diri, apa yang sudah anda lakukan 6 hari terakhir ini ???