Kata
syukur atau rasa syukur memang sulit untuk dipahami oleh banyak orang. Ketika
nikmat yang diberi hari ini tidak mereka syukuri. Nikmat luar biasa, yang bukan
hanya dilihat dari materi (uang) tetapi nikmat segala, nikmat kesehatan, nikmat
waktu, nikmat berkumpul dengan keluarga dan orang sekitar dan banyak lain
nikmat yang kita dapatkan.
Tiga
hari lalu ketika saya mengikuti kuliah filsafat, yang membahas tentang “Want
and Need”. Ketika seseorang memilki keinginan yang lebih tinggi dibanding
kebutuhan, tidak sedikit dari mereka yang tidak mensyukuri secara utuh dalam
hidup. Banyak contoh bukan di sekeliling kita ?
Sebagai contoh, banyaknya para
lakon hiburan di Indonesia bahkan belahan dunia lainnya yang mengoperasi
bentuk wajah, tubuh mereka karena “berkeinginan” cantik atau tampan sempurna. Banyak orang yang sudah memiliki
sepeda, kemudian ingin punya motor, kemudian ingin punya mobil, padahal
sebenarnya itu bukan kebutuhan primer bagi mereka, tetapi berusaha bagaimana
agar dapat memenuhi keinginan itu, dan sekali lagi ini tentang “ingin”.
Selain
itu, ada juga contoh orang yang memiliki penghasilan Rp 1.000.000,-/bulan
tetapi untuk mengikuti “keinginan”nya dapat mengeluarkan uang lebih dari Rp
1.000.000,-. Ada lagi orang yang berpenghasilan cukup misalkan diatas 10juta, akan memiliki
keinginan yang besar pula (biasanya orang-orang ini tergolong yang menjaga gengsi), sehingga yang tadinya keinginan bisa jadi berubah peran menjadi kebutuhan.
Saya sendiri mengalami ini, ketika saya dibayar banyak, saya punya keinginan yang banyak pula sehingga melebihi penghasilan yang saya dapatkan sebelumnya, padahal untuk memenuhi kebutuhan per bulan pun masih ngos-ngosan,hehe..
Saya sendiri mengalami ini, ketika saya dibayar banyak, saya punya keinginan yang banyak pula sehingga melebihi penghasilan yang saya dapatkan sebelumnya, padahal untuk memenuhi kebutuhan per bulan pun masih ngos-ngosan,hehe..
Rasa syukur dalam kehidupan itu
amat penting, sehingga dengan kita selalu bersyukur kita akan merasa cukup, dan
tidak ada istilah besar pasak daripada tiang atau keinginan lebih tinggi
dibanding kebutuhan. Godaan dan gengsi diluar sana sangat mempengaruhi kita,
sekarang tergantung kita untuk memanage keuangan, memange keinginan, memanage
kebutuhan yang perlu diprioritaskan terlebih dahulu.
Mari kita belajar bersyukur, karena “want and need” akan semakin memperjarak selagi kita tidak mampu untuk memanage. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar