Senin, 29 September 2014

Antara Want dan Need



Kata syukur atau rasa syukur memang sulit untuk dipahami oleh banyak orang. Ketika nikmat yang diberi hari ini tidak mereka syukuri. Nikmat luar biasa, yang bukan hanya dilihat dari materi (uang) tetapi nikmat segala, nikmat kesehatan, nikmat waktu, nikmat berkumpul dengan keluarga dan orang sekitar dan banyak lain nikmat yang kita dapatkan.

Tiga hari lalu ketika saya mengikuti kuliah filsafat, yang membahas tentang “Want and Need”. Ketika seseorang memilki keinginan yang lebih tinggi dibanding kebutuhan, tidak sedikit dari mereka yang tidak mensyukuri secara utuh dalam hidup. Banyak contoh bukan di sekeliling kita ?
Sebagai contoh, banyaknya para lakon hiburan di Indonesia bahkan belahan dunia lainnya yang mengoperasi bentuk wajah, tubuh mereka karena “berkeinginan” cantik atau tampan  sempurna. Banyak orang yang sudah memiliki sepeda, kemudian ingin punya motor, kemudian ingin punya mobil, padahal sebenarnya itu bukan kebutuhan primer bagi mereka, tetapi berusaha bagaimana agar dapat memenuhi keinginan itu, dan sekali lagi ini tentang “ingin”.

Selain itu, ada juga contoh orang yang memiliki penghasilan Rp 1.000.000,-/bulan tetapi untuk mengikuti “keinginan”nya dapat mengeluarkan uang lebih dari Rp 1.000.000,-. Ada lagi orang yang berpenghasilan cukup misalkan diatas 10juta, akan memiliki keinginan yang besar pula (biasanya orang-orang ini tergolong yang menjaga gengsi), sehingga yang tadinya keinginan bisa jadi berubah peran menjadi kebutuhan. 

Saya sendiri mengalami ini, ketika saya dibayar banyak, saya punya keinginan yang banyak pula sehingga melebihi penghasilan yang saya dapatkan sebelumnya, padahal untuk memenuhi kebutuhan per bulan pun masih ngos-ngosan,hehe..













Rasa syukur dalam kehidupan itu amat penting, sehingga dengan kita selalu bersyukur kita akan merasa cukup, dan tidak ada istilah besar pasak daripada tiang atau keinginan lebih tinggi dibanding kebutuhan. Godaan dan gengsi diluar sana sangat mempengaruhi kita, sekarang tergantung kita untuk memanage keuangan, memange keinginan, memanage kebutuhan yang perlu diprioritaskan terlebih dahulu.

Mari kita belajar bersyukur, karena  “want and need” akan semakin memperjarak selagi kita tidak mampu untuk memanage.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar