Sabtu, 05 Juli 2014

Pertanyaan

Kesekian kalinya orang lain menanyakan tentang status sosial dan strata pendidikan kami. Pertanyaan ini yang dulu sering saya lontarkan dan diskusikan dengan orang lain baik teman, kerabat maupun keluarga, sekarang berbalik orang lain yang bertanya duluan mengenai seorang "ia" kepada saya.

Pertanyaan pertama, "Apa yang kamu nilai dari seorang "ia" sih, sehingga kamu tertarik dengannya (kita bukan bicara fisik ya)?. Tersenyum dan menjawab..... "Dari dulu hingga sekarang saya melihat value dan potensi yang ia miliki berbeda dengan laki-laki yang pernah saya temui sebelumnya."
Pertanyaan kedua, "Heem... bukannya ia hanya lulusan SMA dan kamu S1, apa tidak takut dengan pandangan orang ?". Saya menjawab, "Memang dulu saya sempat tidak yakin dan pernah 3-5 bulan meragukan apa yang dirasa dan dijalani, selalu menuntut dan memaksa apa yang saya inginkan. Setelah itu, saya lelah sendiri kemudian berpikir kembali kenapa saya harus memaksa ketika itu tidak mengubah apapun dalam hubungan kami, ia masih tetap dengan pandangannya dan ia pun punya pilihan. Saya hanya menjalani dan berencana, tentang hasil dan keputusan Tuhan yang lebih tahu".
Pertanyaan ketiga "Lalu bagaimana pendapat keluarga terutama orangtua?". Saya menjawab, "Orangtua memang meragukan karena orangtua selalu ingin yang terbaik bagi anaknya terutama anak perempuan, selalu ingin mendapat yang sepadan dan tidak salah pilih".

Kemudian, saya balik bertanya "Lalu, apa yang anda nilai juga dari sosok ia, apakah setuju ?". "Ia sudah seperti adik sendiri, selama aku kenal ia adalah laki-laki yang pantang menyerang dan bertanggungjawab, jika ia pemalas aku tidak akan setuju jika kamu memilih ia, karena hubungan ini yang menjalani kalian, oranglain hanya bisa berbicara, jadi yang lebih tahu apa yang terbaik bagi kalian adalah kalian sendiri".

Diakhir obrolan "Apa siap nikah muda ?". Saya menjawab, "Ketika memang sudah waktunya untuk saya menikah, kenapa tidak.. Artinya Tuhan telah memberi saya jodoh." Pernyataan lagi "Iya, kenapa takut.. justru segeralah... ketika menikah rejeki kalian pasti dipermudah, jangan takut, jika terlalu lama pacaran dan malah tidak jadi menikah, lebih sakit".
Saya tersenyum... dan lagi-lagi tersenyum.


Dalam doa selalu memohon agar "ia" diberi kelapangan pikiran untuk mempertimbangkan apa yang pernah saya minta dulu, saya selalu berusaha mendukung apa yang ia lakukan walau di dalam hati kecil terus berharap ia akan mewujudkan keinginan yang tertunda yaitu "sekolah".


Terimakasih Obrolan Sore Ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar