Kamis, 09 Oktober 2014

Ayah Bibit dan Ibu Bumi

Manusia adalah makhluk hidup yang tercipta dari tanah. Dalam pendangan agama demikian, kita tercipta dari tanah dan setelah kembali akan menjadi tanah lagi. Manusia terbentuk setelah tejadinya proses perkawinan atau proses fertilisasi dari mulai zigot kemudian embrio kemudian janin dan akhirnya terlahir menjadi seorang bayi atau mungkin lebih dari satu bayi (kembar). Yah.. begitulah deskripsi singkat mengenai tulisan ini.

Tiga hari yang lalu saya berdiskusi dengan seorang teman (ia mendalami tentang ilmu Filsafat Islam), awalnya kita membahas tentang poligami dan keinginan serta hasrat yang dimiliki para pria untuk memperistri lebih dari dua. Hingga dari obrolan tersebut, masuklah ke pembahasan tentang "Ayah Bibit dan Ibu Bumi". Ternyata dalam pandangn filsafat cikal bakal makhluk hidupp terutama manusia dianalogikan ibarat "biji padi akan tumbuh apabila ditanam dan dipelihara ditanah yang subur, sembari diberi pemeliharaan yang baik", nah begitulah manusia...

Dan di ilmu saya 'biologi', bahwa suatu organisme/individu baru terbentuk dari peleburan gamet yaitu sel sperma dan sel telur. Sel sperma yang dibawa oleh sang ayah (laki-laki) memiliki peran penting sebagai penyumbang, sedangkan sel telur yang dihasilkan oleh sang ibu (perempuan) berperan sebagai pembentukan. Sel sperma sebagai penyumbang, karena saat menembus sel telur bagian kepala dari sel sperma saja yang masuk dan (nukleus sel sperma dan sel telur) melebur. Sedangkan sel telur sebagai pembentuk karena materi yang ada di dalam sel telur (organel-organel sel) mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan calon organisme baru, selain itu kita tumbuh dan berkembang pun di dalam perut ibu didalam rahim ibu, yang selama 9 bulan kita dibawa kemana pun oleh ibu kita, kita merasakan juga apa yang ibu kita rasakan begitu pula sebaliknya, maka lahirlah kita sebagai manusia sebagai makhluk sempurna dan lebih tinggi tingkatan dibanding makhluk hidup lainnya. Kembali lagi ke wacana "Ayah Bibit dan Ibu Bumi" dalam pandangan filsafat memang benar, bahwa demikianlah asal mula kehidupan kita.

Dan perlu diketahui bahwa, kecerdasan seorang anak akan menurun dari sang ibu. Maka ada sebuah artikel yang pernah saya baca "Cari Suami Tak Pelu Pintar, Kecerdasan Anak Turun dari Ibu", sesuai dengan yang saya jelaskan diatas, subhanallah... begitu besarnya peran seorang perempuan dan ibu yang memberikan pengaruh luar biasa terhadap calon organisme baru (anak).  Maka benar, jika "Ayah Bibit dan Ibu Bumi"..... semoga kita tergolong manusia yang selalu bersyukur, mengingat dari mana kita berasal dari mana kita tumbuh dan dididik, tanpa ayah ibu kita bukan siapa-siapa.



Selamat Malam