Selasa, 30 April 2013

"Ryn" 2



16.30 sore turun dari Trans Jogja jurusan 1A di shelter Maguwo. Saat akan jalan menuju rumah, aku melihat anak laki-laki lusuh dengan pakaian serba hitam, duduk jongkok bersandar di tembok rumah. Aku ingat... dia “Ryn” anak didikku yang aku lihat di perempatan blok O siang kemarin, kok dia bisa main sampek sini sama teman perempuan pula yg berkostum sama seperti dia, pakaian serba hitam dan make-up ala rocker.

Aku hampiri mereka dan menyapa. “Hai, Ryn kamu anak SMP Mupy kan ?” masih inget sama mba gak ?, tanyaku. “Heem, mba siapa ya, kok masih inget aku.” “Iyalah, mba inget kan pernah mengajar di kelasmu dulu, masih inget gak”. “Wah, maaf ya mba aku lupa, Mba kok disini ?”. "Kan mba tinggal di daerah Maguwo sini, harusnya mba yg tanya ngapain kamu main sampek sini ?, Kamu masih sekolah di Mupy kan ?”. Hehehe.. dia cuma senyum dan tertawa, iya mba aku main ksni, lagi nunggu temen nih, gak mba aku udah gak di Mupy lagi.” “Lah kenapa ?, tanyaku heran.” “Aku diusir dari rumah mba. Deeggg... kaget bukan kepalang, dalam batinku (kenapa bisa diusir, sebegitu menyerahkah orangtuanya dalam mendidik Ryn, sebegitu tidak berarti Ryn bagi mereka, knp hrs malah dibiarkan Ryn hidup dijalanan dgn pilihannya sendiri, kenapa ???)” Aku hanya membalas senyum, tanpa bertanya lebih lanjut knp ?”. Aku tatap matanya yang memerah, seperti tanpa harapan dan tujuan begitu hampa, sesekali Ryn tertawa kecil dan menatapku, ntah apa yg ada di benaknya.

Aku beralih berbicara ke teman perempuannya, “Namamu siapa dek, mau kemana sih kalian ?”. “Aku Sukma mba, lagi nungguin temen nih.” Ohhh, memangnya kamu tinggal dimana ?”. “Aku deket kok mba, di daerah Stadion Maguwo sana”. “Heeemmm walah, deket dong, trus kalian tinggal dimana apa sering pulang ?”. “Klo Ryn gak pulang mba, dia tidur di baratnya Blok O”. “Nah klo kamu Sukma ?”. “Klo aku kadang pulang, kadang gak mba, suka-sukanya aja”. Yaaa ampuuun, mendengarnya miris sekali, apa yg mereka pikirkan sebenarnya sih, KEBEBASAN TANPA BATAS.

Pamit dan pergi meninggalkan mereka, dengan langkah kecil aku mengenang obrolan kami tadi, Tuhan... kenapa begitu, kenapa dia harus di jalanan tanpa tempat tinggal, disaat usianya masih produktif, masih butuh perhatihan dan bimbingan, masih buatuh kasih sayang, yang harusnya bersekolah, belajar dan bermain bersama anak seusianya. But the real.. Anak jalanan atau anak pung memang banyak ditemui di kota-kota besar termasuk juga tempat aku tinggal sekarang dan ini aku temui sendiri dari anak didikku. Kalau sudah begini siapa yg disalahkan ??, orangtua, lingkungan atau didikan ???

Hidup itu memang pilihan yaa... pilihan baik atau buruk, bahagia atau tidak bahagia, teratur atau bebas. Bebas memilih dengan konsekuen yg dipilih.. seperti halnya mereka memilih untuk bebas tanpa batas, tanpa larangan orang tua dan siapa pun, dan sekarang pilihan hidup yang mereka jalani tanpa batas dan semua tanpa batas.....

Pagi iniiiiii...



Rutinitas pagiku dirumah, bangun tidur, sholat, bersih-bersih rumah dari mulai masak,nyiapin sarapan, nyapu halaman belakang, nyapu rumah. Tapi kebetulan pagi ini aku lagi gak sholat jadi bangunnya kesiangan, bangun tidur langsung ke kamar mandi, nyapu halaman belakang langsung dilanjutin nyapu rumah. 07.00 pagi terbiasa ku dengar ocehan seorang ibu muda yang rutin sekali mengomeli anak laki-laki yang berusia sekitar 5-6 tahun (masih TK), ibu itu tinggal di sebelah rumah, mengontrak kamar berukuran 3x3 m. Saat aku sedang menyapu teras depan, ibu muda itu mulai dengan omelan logat Sumatra Selatannya, mengarahkan anaknya untuk mandi ditambahi bumbu-bumbu omelan si ibu “Itu loh nak, pantatnya belum bersih, rambutnya di shampo’in, pkek sabun, sikat giginya, ayooo cepatla kau...”,, kata-kata itu yang rutin aku dengar setiap pagi jam 07.00-08.30, ntah memang anaknya yang ngeyel sukanya main-main klo mandi atau mungkin memang ibunya yang gak sabaran ngomel-ngomel trus nyuruh anaknya cepet selesaikan mandi. Belum lagi klo mau berangkat ke sekolah, “Nak, ayo cepet tasnya dibawa, udah jam berapa ini ???” sampai hafal aku dengan perkataan ibunya itu, Hehehehe

Jadi inget ibukku nun jauh disana, yang sering ngomel (ngeruce kalo bahasa daerahku bilang). Tapi mungkin ada baiknya juga si ibu muda itu, karena ibukku juga begitu sih. Apa karena orang Sumatra terkenal dengan ocehannya ya.. hehehe

Ibukku, mendidik kami 4 anaknya mandiri dari mulai umur 5 tahun, pokoknya kalo udah masuk sekolah TK harus sudah bisa mandi sendiri, gak ada dimandiin, gak ada disuapin, gak ada dipakek’in baju, gak ada dipakek’in sepatu. Masa kecilku sesuatu banget, karena anak paling tua jadi suka-duka keluarga aku rasain dulu, punya 3 orang adik, 2 laki-laki dan 1 perempuan, bikin suasana dirumah rame’ kalo lagi kumpul. Aku kecil, puas dimarah-marahin ibuk karena kesalahan, kecerobohan, dll, udah pernah ngerasain sakitnya dipukulin, dari mulai hunger baju, ikat pinggang. Tapi semua itu pembelajaran hidup yg berharga, bukan berarti kami anak-anakmu di didik keras agar kami jadi berandalan, bukan berarti kami yang dengan terbiasa mendengar ocehan ibuk jd seorang pembangkang, tapi karena kami belajar mengerti apa yang ibuk lakukan memang untuk yang terbaik...

Senin, 29 April 2013

"Ryn" 1



Sinar matahari sangat terik siang ini, gerah, panas, serasa tembus menusuk epidermis kulit. Pukul 13.00 aku berangkat dari rumah menuju kampus, ujian baru dimulai pukul 14.30 sih tapi jam segini aku sudah beranjak pergi, dengan alasan gak mau telat dan juga sebenarnya belum maksimal belajar, jadi siapa tau dengan datang ke kampus awal waktu mendapatkan ilham yang bermanfaat. Hehehe

Melewati jalan yang hampir setiap hari ku lewati, dari rumah-Jalan Adi Sutjipto-Jalan Janti-Jalan Blok O-JEC-Bonbin-Jalan Kusumanegara. Berkendara motor bebek Vega jaman dulu, diperempatan Blok O aku melihat sosok anak laki-laki, yang berpakaian serba hitam, memakai sandal jepit, rambut dicat merah, anting-anting di telinga kiri-kanannya anak itu tidak asing bagiku, ku memperhatikan lama raut wajahnya, seperti aku kenal, dan ternyata dia adalah anak didikku kelas VII di tempat PPL ku SMP Muhammadiyah Piyungan. Dalam benak, kenapa dia berkeluyuran disini ya ?, Apa yang dia lakukan ?, Kenapa gak sekolah ?, ku lihat dia bersama anak laki-laki yang sepertinya sebaya dengan dia. Tiiiitttt... tiiiittt.... klakson dari kendaraan lain dibelakangku mulai tidak sabar meminta untuk aku melaju, wahh.. lampu hijau menyala, terbangun dari lamunan,, aku langsung tancap gas dan belok kanan melaju ke kampus, sepanjang perjalanan aku masih terngiang dengan dia si “R”, apa dia udah gak sekolah lagi. Sayang betul.. pikirku, tapi kenapa ????

Flashback beberapa bulan yang lalu, September 2012 saat aku masih ber-PPL disana bersama teman-teman sekelompokku. Suatu siang sebelum zuhur, si “R” tiba-tiba sakit dan dibawa ke ruang UKS oleh guru BK dia mengeluh sakit perut dan kepalanya pusing. Si “R” memang terkenal anak badung di sekolah padahal dia baru kelas VII SMP loh, di sering bermasalah dengan guru BK karena tingkah dan kelakuannya tidak wajar bagi anak-anak seusianya, dia suka bolos sampek berminggu-minggu, pernah ketauan merokok, mabuk dan ngaibon, naudzubillah...

Kembali ke UKS, ibu kantin meminta pintu UKS untuk dikunci aja dari depan, mengantisipasi agar hal-hal yang tidak diinginkan terjadi, mungkin melarikan diri. Tapi itu tidak urung jg terjadi, si “R” bener-bener kabur, tapi bukan melewati pintu UKS melainkan jendela yang sebelahnya bersebelahan dengan sawah dan kebun jagung. Kabur tanpa berpikir panjang dia meninggalkan sepatunya di ruang UKS. Haaaahhh... tau hal itu, guru BK, ibu kantin dan guru-guru yang lain cuma bisa mengelus dada.. kata mereka gak heran lagi klo dia berani berbuat begitu. Aku dan teman-teman cuma bengong dan gak banyak komentar. Ya memang tidak ada yg mau dikomentari, its real there in the education world... pola tingkah anak yg bermacam-macam karena salah didikan dan lingkungan bergaul.

Sebelum kejadian ini, aku memang pernah mengajar di kelas si “R” dia anak jahil, selalu mengganggu teman yg lain, gak mau memperhatikan pelajaran, saat itu aku mengajar pelajaran Fisika, ditegur malah gak suka. Sebelumnya lagi, cerita dari guru BK, “Orang tua si “R” pernah datang ke sekolah mencari anaknya dan meminta untuk dikeluarkan dari sekolah. Lah knp bisa begitu, orangtua kok malah gak nyuruh anaknya sekolah ?” menurut orangtuanya, mereka sudah capek ngurusin dia, suka ngelawan, gak dengerin orangtua ngomong, pkoknya bla..bla.. yg lain. Pikirku, orangtuanya saja udh gak sanggup ngurusin anaknya bagaimana guru atau orang lainnya yg dititipkan amanah utk mendidik dia....

Istilah, “Kepribadian anak tergantung dari pendidikan rumah, kalau dirumah baik dimanapun dia berada akan tetap baik”, apa iya... bagaimana jika lingkungannya yg tidak baik ?, seperti kasus diatas... Temen2 ini sebagai refleksi buat kita semua ya, sebagai anak, kakak, dan calon orangtua nantinya... Ketahui apa yang anak lakukan, dimana dan bersama siapa mereka bergaul, Perhatikan apa yang mereka inginkan, keluhkan, dan Arahkan untuk selalu di jalan yang baik !!!!


Dan itu pentinggggg............

Rabu, 24 April 2013

Obrolan siang di Kampus



Suasana siang di sebuah ruang tunggu dosen aku dan beberapa teman sedang menunggu dosen pembimbing Ibu Salamah. Awalnya aku dan nanda yang datang kemudian satu persatu  teman yang lain datang dengan satu alasan yaitu mencari dosen pembimbing yang sama. Disela-sela penantian kami yang sangat luar biasa itu, anak-anak mulai bercerita perihal pengalaman penelitiannya.


Aku bercerita tentang anak fisiologi tumbuhan dulu yaa, pertama cerita dari si A “Lona kamu penelitian tentang apa, limbah kataku. Oh limbah cair apa padat trus tanamannya apa ??, limbah cair, lona pakek seledri. Kalo aku tanaman yang dipakai selada, wah lumayan susah e  selada, soal’y tanamannya tumbuh di daerah yang lembab jadi aku penelitian menanam di daerah Kalasan di kost temenku, soal’y klo di Wonosari panas takutnya seladaku gak tumbuh. Trus untuk perlakuan penyiraman gmn dong kamu ?,tanyaku. Aku minta tolong temen untuk nyiram selagi klo aku gak disana, tapi aku jg sering nginep dsna kok sekalian bawa makanan, hitung-hitung biaya selama nginep dsna, hehehe..


Pengalaman temenku yang satunya lagi si Puji, awal obrolan aku tanya “Puji ngapain ke kampus mau ketemu Buk Salamah po, perlu apa ? mau ngumpulin revisi’an skripsi dan data penelitian lona. Emg penelitiannya sudah selesai ? sudah, aku udah panen malah. Tanamannya nanam di mana ? di rumah Pakde ku di Muntilan. Jadi setiap satu minggu sekali selalu bolak-balik Jogja-Muntilan untuk ngukur tumbuh tanaman, penyiraman dan pemeliharaan, sesuatu dan lumayan capek lona, tp Alhmadulliah sudah kelar.. Wah, mana hasilnya, cobain la.. ada dirumah pakde, tapi aku aja belum sempet makan Oyongnya, hehehe


Pengalaman yang lainnya lagi dari anak fisiologi hewan, namanya Bagus. Mula-mula dia cerita “Akhirnya besok kamis aku seminar jg, udah puyeng bolak-balik ngurusin untuk seminar, bolak-balik fotocopy berkas, kurang berkasnya balik lagi....  Aku revisi proposal sampek 3 kali, revisi pertama tau gak aku bab I latar belakang salah total... disuruh ganti sm pembimbingku  Buk Trianik, mana klo sm Buk Trianik cari sitasi harus diatas tahun 2000, gak boleh dibawah itu. Padahal klo untuk kandungan-kandungan senyawa itu banyaknya di sitasi lama, Waduuhh... puyeng aku, tapi uji pendahuluanku lebih sesuatu bged... masa’ saat perlakuan hewanku mati semua gara-gara larutan terlalu pekat, ngulang lagi. Haaaa....” Denger ceritanya Bagus aku sama Nanda cm ketawa.


Satu jam berlalu, dua jam tertinggal, tiga jam membosankan, tiga jam setengah hampir memutuskan untuk pulang dan akhirnya penantian kita tidak sia-sia. Dosen pembimbing datang dari tangga bawah tepat dimana kami menunggu dengan wajah sumringahnya, dia mulai melayani mahasiswa satu persatu, yang mana masing-masing memiliki urusan dan keluhan yang beraneka ragam tentang skrispi.. Mereka antri sesuai lama waktu menunggu, hehehehe

Tiga kisah temen-temen diatas baru sebagian dari pengalaman teman-teman angkatanku, pengalaman haru biru, suka duka menyelesaikan skripsi. Dan kisahku baru akan dimulai...........


SEMANGAT dan selamat berjuang untuk p.Bio A-B angkatan 2009. Bless you...



Senin, 22 April 2013

Part 2 "KAMI"



Masa-masa kuliah jadi ingat perjuangan, awal aku hidup di Jogja begitu polos, belum banyak bergaul, masih butuh banyak belajar. Pilihan yang benar ketika ayah mengirimku untuk melanjutkan study di Jogja dengan alasan agar aku bisa tau lebih banyak dunia, tp apa cuma Jogja aja sumber untuk tau dunia.. hehehe pikirku

Suatu siang di salah satu PTS di Jogja aku mendaftarkan diri sebagai calon mahasiswi disana, berbekal legalisir ijazah dan dokumen-dokumen lainnya, plus uang pendaftaran aku ditemani mas Adit. Selang beberapa hari setelah pendaftaran, aku mengikuti test tertulis dan diumumkan diterima di PTS tersebut yang sekarang tempat aku menimba ilmu, mendapat pengalaman dan bertemu teman-teman seperjuangan.

Awal mula aku bertemu teteh di salah satu kampusku (knp aku bilang salah satu karena telalu banyak kampus, hehe). Di depan ruang TU FKIP kita melihat pengumuman nama-nama mahasiswa baru yang terdaftar masuk ke kelas mana. Setelah tau nama masing-masing mendapat kelas apa, mulailah kita saling berkenalan. Saat itu aku berkenalan dengan Ratna dan teteh, klo inget dulu masih terlihat polos banget, lucu deh pkokmen. Aku, Ratna dan teteh saling bertukar nomor handphone. Nah, disitu awal mula aku dan teteh bersahabat.

Nanda, ini adalah sahabatku yang suka-dukanya bareng2. Ntah kebetulan atau memang banyak persamaan tapi kami berdua sangat klop banget. Awal aku berkenalan dengan Nanda saat semester 1 pada mata kuliah Pendidikan Pancasila, ketika itu sabtu pagi setelah kuliah selesai, dosen memberi tugas membuat makalah dan presentasi dengan anggota kelompok menurut absen. Karena aku dan nanda no. absen berdekatan 173 dengan 175 maka 1 kelompok lah kita, dan disitu awal perkenalan kami, dulu aku memanggil nanda itu masih Nandaru. Selain nanda, aku satu kelompok juga dengan Sari dan Toel mereka juga absennya gak jauh beda sama aku, 176 dan 180 hehehe. Karena no. absen yang berdekatan itulah kita bertiga mulai bersahabat.

Bunda, awalnya aku belum memanggil dia “bunda”, tapi memanggil namanya Reni. Ketemu bunda saat aku, teteh dan Ratna bingung mencari persinggahan kemana sembari menunggu waktu kuliah selanjutnya, ntar abis jumatan. Jadi, kebetulan Ratna yang kenal duluan sama bunda dan mengajak aku sama teteh untuk main ke kostnya. Ternyata kita tidak sendiri disana sudah ada Ningsih dan Ozi. Di situlah kita mulai bersahabat.

Kalo Mba Dew dan Dita aku mengenal mereka saat kuliah sudah berlangsung lama, kira-kira sudah berjalan berapa semester gitu, lupa. Kita menjadi akrab karena merasa nyaman dan merasa cocok aja, apa-apa selalu bareng, ngobrol bareng, makan bareng dan bareng-bareng lainnya... hehehe

Mereka adalah sahabat-sahabat seperjuanganku selama di Jogja. Dan dari sinilah sesuatu dimulai... sesuatu yang indah dan berkesan, menjadi kenangan yang berharga. Semua terasa sempurna... senyum, tawa, bahagia, menangis.